Industri Manufaktur RI Kalah Saing di Pasar Global

Industri Manufaktur RI Kalah Saing di Pasar Global

Industri Manufaktur RI Kalah Saing di Pasar Global

Industri Manufaktur RI Kalah Saing di Pasar Global, – Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri manufaktur di 2019 bisa mencapai 5,4%. Penggerak pertumbuhan industri tersebut salah satunya adalah perjanjian kerja sama bilateral dengan negara lain.

Hal tersebut diyakini bisa mendorong ekspor dan menggairahkan industri dalam negeri. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah memacu perkembangan industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global, seiring pelaksanaan peta jalan Making Indonesia 4.0.

Ekonom senior & pendiri CORE Indonesia, Hendri Saparini menilai pemerintah lalai dalam melakukan revitalisasi industri. Akibatnya, terjadi deindustrialisasi. Dimana terjadi penurunan porsi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB).

“Faktor yang menyebabkan deindustrialisasi, karena kita memang lalai melakukan revitalisasi industri. Jadi yang dulu kita ini bisa mengekspor produk diolah, sekarang ini justru kita mengekspor yang tidak diolah. Semakin diolah semakin tidak kompetitif, semakin diolah semakin tidak ada marketnya karena tidak bisa berkompetisi,” ujar dia dalam diskusi virtual.

Menurutnya, hal ini karena pemerintah tidak memainkan kebijakan perdagangan. Termasuk kebijakan energi dan kebijakan tenaga kerja.

“Akhirnya, kecenderungannya itu lebih memilih bahan mentah diekspor saja. Barang jadi diimpor saja. Jadi itulah yang terjadi karena tidak ada strategi kebijakan yang utuh,” beber Hendri.

Hendri menambahkan, perlunya merapikan struktur industri untuk memaksimalkan potensi manufaktur dalam negeri. Sebab, sejauh ini menurut Hendri, deindustrialisasi dapat terjadi karena market yang tidak dikelola dan produksi yang tidak dijaga.

“Sehingga tidak lagi berdaya saing untuk bisa menghasilkan produk-produk yang kompetitif. Dia layu sebelum berkembang,” sebut Hendri.

Jokowi Undang Investor ke Kawasan Industri Batang dan Subang

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan pentingnya ekonomi nasional yang kondusif bagi perluasan kesempatan kerja yang berkualitas. Menurutnya, hal ini dapat dilakukan salah satunya melalui peringkasan birokrasi.

Di sisi lain, Jokowi juga menyebutkan keberlangsungan kawasan industri yang memberi peluang besar bagi penyerapan tenaga kerja. Diantaranya termasuk Kawasan Industri Batang serta Subang-Majalengka yang sedang dikembangkan dalam waktu singkat.

“Kawasan ini dirancang untuk mampu mengundang investasi berkualitas, yang bersinergi dengan UMKM kita, yang memberikan nilai tambah signifikan untuk perekonomian nasional, serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,” ujar Jokowi dalam pidato Sidang Tahunan MPR RI, Senayan, Jumat.

Jokowi menambahkan, kawasan industri serupa juga akan dibangun di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Kawasan tersebut diupayakan agar selalu bersinergi dengan kewirausahaan masyarakat dan UMKM.

Diantaranya untuk menyediakan kesempatan kerja bagi generasi muda yang belum bekerja, serta meningkatkan pemerataan pembangunan di seluruh pelosok negeri.

“Oleh karena itu, ekosistem nasional yang kondusif bagi perluasan kesempatan kerja yang berkualitas harus kita bangun. Penataan regulasi harus kita lakukan. Regulasi yang tumpang tindih, yang merumitkan, yang menjebak semua pihak dalam risiko harus kita sudahi,” kata Jokowi.

Ia menekankan, bahwa seluruh upaya tersebut didedikasikan untuk perekonomian nasional yang adil. “Kita ingin semua harus bekerja. Kita ingin semua sejahtera,” tegas Jokowi.